Menurut Samuel Taylor Coleridge puisi adalah kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.
Jenis-jenis Puisi
Di dalam perkembangan dunia modern, puisi makin beragam. Keberagaman ini sesungguhnya sudah tampak di dalam pengertian puisi. Berikut ini dikemukakan berbagai jenis puisi berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan perkembangannya dalam sejarah sastra dikenal adanya puisi lama, puisi modern, dan puisi mutakhir.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
Ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis Puisi Lama
Selanjutnya, puisi lama dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain mantera, pantun, talibun, syair, dan gurindam. (Djamaris, dalam Setyawati dkk, 2004: 211).
Mantera adalah jenis puisi yang paling tua dalam sastra. Mantera diciptakan dalam kepercayaan animisme dan dinamisme untuk dibacakan dalam acara berburu, menangkap ikan, mengumpulkan hasil hutan untuk membujuk hantu-hantu yang baik dan menolak hantu yang jahat (Djamaris, dalam Setyawati dkk, 2004:211).
Contoh mantera:
Assalamualaikum anak cucu hantu pemburu
Yang diam di rimba sekampung
Yang duduk di ceruk banir
Yang bersandar di pinang burung
Yang berteduh di bawah tukas
Yang berbulukan daun resam
Yang bertilamkan daun lirik
Yang berbuai di medan jelawai
Tali buaya semambu tunggal
Kurnia Tengku Sultan Berimbangan
Yang diam di Pagaruyung
Rumah bertiang terus jelatang
Rumah berbendul bayang-bayang
Bertaburkan batang purut-purut
Yang berbulu roma sungsang
Yang menaruh jala lalat
Yang bergendang kulit tuma
Janganlah engkau mungkir setia padaku
Matilah engkau ditimpa daulat empat penjuru alam
Mati ditimpa malaikat yang empat puluh empat
Mati ditimpa tiang Ka’bah
Mati disula besi kawi
Mati dipanah halilintar
Mati disambar kilat senja
Mati ditimpa Qur’an tiga puluh juz
Mati ditimpa kalimah
(Hooykas, via Djamaris dalam Setyawati, 2004:212).
Mantera memiliki ciri yang khas, yaitu:
(1) pemilihan kata sangat saksama,
(2) bunyi-bunyi diusahakan berulang-ulang dengan maksud memperkuat daya sugesti kata,
(3) banyak digunakan kata-kata yang kurang umum dalam kehidupan sehari-hari dengan
maksud memperkuat daya sugesti kata,
(4) jika dibaca secara keras mantera menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis, yang diperkuat oleh irama dan metrum yang biasanya hanya dipahami secara sempurna oleh pawang ahli yang membaca mantera secara keras (Waluyo, 1991:8).
Contoh pantun:
Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang seleranya
Meskipun ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis orang di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Orang Bayang pergi mengaji
Ke cubadak jalan ke Panji
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tidak akan mati
(dalam Setyawati, 2004:213).
Pantun merupakan puisi lama yang memiliki ciri bersajak a b a b, tiap bait terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris isi.
Talibun hampir mirip dengan pantun, talibun terdiri atas larik-larik sampiran dan isi. Bedanya, lalibun memiliki larik lebih dari empat dan selalu genap, misalnya enam, delapan, sepuluh, dua belas, atau empat belas (Djamaris, dalam Setyawati, 2004:213).
Contoh talibun:
Kalau jadi pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau jadi engkau berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
(dalam Setyawati, 2004:213).
Syair merupakan puisi yang berlarik empat tiap bait dan bersajak a a a a yang mengisahkan suatu hal. Contoh syair:
Syair Ken Tambuhan (Cerita Panji)
Lalulah berjalan Ken tambuhan
Diiringi penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan
Lakunya manis memberi kasihan
Tunduk menangis segala puteri
Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri
(via Waluyo, 1991: 10).
Gurindam adalah puisi yang terdiri atas dua baris, berirama sama a a, kedua barisnya merupakan isi, baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat, isinya berupa nasihat (Djamaris, dalam Setyawati, 2004: 219). Berikut ini merupakan contoh gurindam yang berisi nasihat agar kita berpegang teguh kepada agama.
Gurindam Dua Belas
Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka ia itulah orang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang Bahari
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
((Djamaris, dalam Setyawati, 2004: 220).
Sekola:
Dari beberapa contoh puisi lama tersebut, tampak adanya karakteristik sturuktur puisi lama yang terikat, terutama dalam hal jumlah baris perbait, jumlah suku kata tiap baris, dan persamaan bunyi (pola persajakan) tertentu pada akhir baris. Karakteristik tersebut tidak lagi terdapat pada puisi modern, yang memiliki kecenderungan sebagai puisi bebas, terutama dalam hal jumlah baris tiap bait maupun persajakan.
MERAH
aku suka kepada merah
karena mengingat kepada darah
yang berteriak ke arah sawang
merebut terang
darah mengalir
waktu lahir
darah mengalir
waktu akhir
darah
getar bumi
membeku
pada aku
dalam darah
berbayang
nyawa
pucat bagai siang
(Subagio Sastrowardoyo)
Best Casinos in Las Vegas 2021 - Mapyro
ReplyDeleteLas Vegas Casino · Wynn Las Vegas 여수 출장샵 · Encore 태백 출장샵 Tower Suites by Marriott Las Vegas · The 서산 출장샵 Palazzo Casino 창원 출장안마 at Caesars Palace 광명 출장마사지 · The Cosmopolitan of Las Vegas · The